Kamis, 20 Mei 2010

lukisan di Smoking room






 

Cyclone TurbineVentilator | cycloneturbineventilator.com

No1di Indonesia - 08158006468 21-45525447- joekreasindo@yahoo.com

 











Rokok Meningkatan Kolesterol dan Menyebabkan Impotensi

     Hampir semua orang pasti sudah paham bila merokok dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius. Bahkan peringatan impotensi juga bukan hanya slogan semata! Namun tahukah Anda jika merokok juga dapat meningkatkan kolesterol jahat?


      Di beberapa negara besar di luar negeri, peringatan bahaya merokok lebih ditujukan pada efek penampilan seseorang sehingga efek jeranya lebih terlihat nyata. Misalnya, “merokok dapat menyebabkan kerusakan kulit” atau “merokok dapat menyebabkan kanker mulut” dan lain sebagainya. Tetapi peringatan dalam bungkus rokok dan dalam akhir iklan rokok di berbagai media di Indonesia juga tidak main-main, yaitu “Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi, Gangguan Kehamilan dan Janin”. Untuk para pria, resiko disfungsi ereksi atau impotensi akibat merokok adalah benar-benar nyata.


Resiko Disfungsi Ereksi


      Faktanya, beberapa penelitian menyatakan pria yang memiliki kebiasaan merokok satu pak rokok/hari beresiko 40% lebih tinggi menderita disfungsi ereksi daripada pria yang tidak merokok. “Merokok melepaskan nikotin dan vasoconstrictors (penghalang pembuluh) lain yang dapat menghambat aliran pembuluh darah di penis,” ungkap Dr. Jack Mydlo, kepala urologi di Temple University School of Medicine and Hospital di Philadelphia, AS.


      Jurnal Tobacco Control mempublikasikan sebuah penelitian terbaru pada 8.000 pria Australia berumur 16 - 59 tahun yang merokok satu pak rokok/hari beresiko 24% lebih tinggi menderita gangguan ereksi. Dan semakin banyak mereka merokok maka persentase resikonya juga meningkat. Para pria yang merokok lebih dari 20 batang/hari mengalami peningkatan resiko disfungsi ereksi sebesar 39%.






      Penelitian lain yang dipublikasikan oleh American Journal of Epidemiology menunjukkan bahwa para pria perokok berusia 40 tahun lebih sering mengalami gangguan ereksi daripada para pria berusia lebih tua namun tidak merokok. Bahkan resikonya sampai dua kali lipat pada para pria perokok berusia 40 tahun dibandingkan para pria berusia 50 tahun yang tidak merokok.




      “Kebiasaan merokok menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga merupakan penyebab utama disfungsi ereksi selain obesitas, konsumsi alkohol berlebihan dan penyalahgunaan narkoba,” kata Dr. Larry Lipshultz, kepala pengobatan reproduksi pria di Baylor College of Medicine di Houston, AS.

Peningkatan Kolesterol Jahat



Add caption
Dokter spesialis jantung sekaligus Ketua Perkumpulan Vaskuler Indonesia, dr. Auli Sani SpJP(K), FJCC. mengungkapkan, merokok dapat menyebabkan gangguan metabolisme lemak. Pada orang-orang yang merokok, ditemukan level kolesterol HDL atau kolesterol baiknya rendah. Itu artinya, pembentukan kolesterol HDL, yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu. Kondisi pertama ini sudah sangat tidak sehat. Sementara kebalikannya, pada orang yang merokok ditemukan level kolesterol LDL atau kolesterol jahatnya tinggi. Artinya, lemak dari hati justru dibawa kembali ke jaringan tubuh. Kondisi kedua ini juga memperburuk kesehatan.




      “Intinya, transportasi lemak menuju ke hati menjadi terganggu.” tambah dr. Aulia. Meski sering ditemukan level kolesterol HDL rendah pada seorang perokok, menurut dr. Aulia, belum ada penelitian khusus yang bisa menjelaskan bagaimana mekanisme penurunan level kolesterol HDL oleh kebiasaan merokok.


Resiko Penyakit-penyakit Mematikan Lainnya


      Penyakit-penyakit lain yang erat kaitannya dengan merokok adalah penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, paru-paru, maag atau pencernaan. Di Indonesia 26,4% kematian disebabkan penyakit jantung. Rokok menjadi faktor resiko utama penyakit jantung koroner. Penyakit ini bekerja sinergis terhadap faktor resiko penyakit lainnya, seperti hipertensi, kadar kolesterol yang meningkat, kencing manis, dan lain-lain. Resiko stroke dan kematian juga meningkat pada perokok.


      Masalah yang menonjol pada kebiasaan merokok di Indonesia adalah pada jenis rokok yang diisap, yakni rokok kretek. Jenis ini mempunyai kadar tar dan nikotin lebih tinggi 3 - 5 kali dibandingkan dengan rokok filter. Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bias terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung.


      Merokok dapat meningkatkan tekanan darah pada nadi, merusak lapisan dalam pembuluh darah, memekatkan darah sehingga mudah menggumpal, mengganggu irama jantung dan berakibat kekurangan oksigen selain karena kandungan CO (karbon monoksida).


Cara-cara Berhenti Merokok


Hampir semua perokok berkeinginan berhenti merokok namun mereka tidak tahu caranya. Apalagi merokok bisa menimbulkan efek kecanduan. dr. Aulia menjelaskan, rokok memiliki efek yang sama dengan morfin, yaitu efek adiksi (ketagihan) dan habituasi (ketergantungan).


Untuk menghentikan kebiasaan merokok, menurut Aulia, dibutuhkan tekad yang sangat kuat dari orang bersangkutan. dr. Aulia juga mengungkapkan, ada beberapa cara klinis untuk menghentikan kecanduan merokok. Perokok bisa mengikuti terapi pengganti nikotin untuk menghilangkan efek kecanduan. Caranya, dengan menempelkan plester nikotin.




“Seperti orang kecanduan morfin, plester nikotin diberikan dengan dosis tertentu dan dengan pengawasan dokter. Bahan nikotin yang menyerap melalui kulit itu akan dikurangi dosisnya secara bertahap. Jika orang itu tidak kecanduan lagi, maka plester nikotin bisa dilepas,” tambah dr. Aulia.






Cara yang lain adalah dengan mengikuti terapi minum air putih. Jika ada keinginan untuk merokok, segeralah minum air putih yang cukup maka sensasi hilangnya dahaga dipercaya menghilangkan keinginan merokok.

Akibat Merokok


Pada 31 Mei masyarakat dunia kembali memperingati Hari Bebas Tembakau Sedunia” (No Tobacco Day). Sebagaimana diketahui bahwa setiap peringatan hari tersebut semua pihak diminta untuk menyadari dan mau menciptakan lingkungan yang bebas dari asap rokok. Alhasil, semua orang bisa bernapas lega dengan menghirup udara bersih.
Imbauan tersebut untuk sebagian orang tentu tidak mudah mematuhinya, apalagi bagi perokok aktif. Sulit memang untuk berhenti merokok meski dalam setiap bungkus rokok pemerintah atau pengusaha selalu mencantumkan tentang peringatan bahaya rokok. Peringatan tersebut adalah “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”. Peringatan tersebut ada di setiap bungkus rokok.
Akan tetapi, hal itu tidak membawa pengaruh yang cukup signifikan untuk mengatakan berhenti merokok. Keadaan ini dapat kita lihat dengan besarnya nyali perokok untuk mengisap rokoknya, kemudian mengepulkan asapnya.
Menyikapi hal demikian, dan meskipun ‘bukan merupakan’ kebutuhan pokok, rokok sangat digemari oleh banyak orang. Dalam realitas kehidupan sehari-hari, rokok merupakan barang yang sering dibeli oleh konsumen secara terus-menerus, tanpa peduli berapa pun harganya.
Penanggulangan masalah rokok di Indonesia memang sangat dilematis. Di satu sisi, industri rokok dianggap sebagai penghasil pajak paling besar dibandingkan dengan sektor lain. Misalnya, dapat memberikan kontribusi terhadap pemasukan keuangan negara berupa pembayaran cukai. Singkat kata, industri rokok adalah industri padat karya dan memberikan sumbangan yang cukup besar dalam perekonomian bangsa.
Seperti di Kudus misalnya, banyak masyarakat di sana yang mata pencahariannya bergantung pada industri rokok. Kemudian di bidang olahraga pun pabrik rokok sering menjadi sponsor utama yang tidak kalah pentingnya. Keadaan tersebut sangat menyulitkan bagi pemerintah untuk mengurangi produksi rokok mengingat keberadaannya yang cukup penting di segala lini kehidupan masyarakat.
Meski keberadaannya memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat, tetapi banyak penyakit yang ditimbulkan akibat merokok. Penyakit tersebut merupakan penyebab kematian utama. Beberapa penyakit yang cukup berisiko tinggi pun siap menghampiri pemakainya, seperti impotensi, kanker paru-paru, jantung koroner, bronchitis kronis, dan sebagainya.
Penelitian para ahli saraf dari tim Jurusan Neurologi Universitas Cincinnati, Amerika Serikat yang telah melakukan penelitian selama 20 tahun, bahkan membuktikan bahwa merokok menyebabkan stroke jenis subarachnoid hemorrage (SAH) yang ditandai dengan pendarahan otak.
10 Tipe kanker
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengatakan mengisap satu hingga sembilan batang rokok sehari meningkatkan risiko kanker paru 4,6 kali lipat dibandingkan dengan tidak merokok.
Sementara itu, penelitian terakhir oleh United State Surgeon General (AS) menunjukkan ada 10 tipe kanker yang disebabkan oleh rokok. Mereka juga menemukan bahwa pria perokok akan meninggal 13,2 tahun lebih muda dibandingkan dengan yang bukan perokok, sedangkan wanita perokok meninggal 14,5 tahun lebih muda.
Hal yang lebih mengejutkan, menurut laporan Departemen Kesehatan AS bahwa penyebab tertinggi kasus kematian dalam setiap tahun di AS ternyata penyakit akibat merokok. Urutan dari tujuh penyebab kasus kematian terbanyak di AS yang dikutip dari laporan kematian tahunan (Comparative Causes Of Annual Deaths) selama tahun 2000 dari United States Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control (dibulatkan dalam ribuan) adalah:
# Penyakit akibat merokok 430.000 orang.
# Minuman keras 81.000 orang.
# Kecelakaan lalulintas 41.000 orang.
# Pembunuhan 30.000 orang.
# Bunuh diri 19.000 orang.
# AIDS 17.000 orang.
# Penyalahgunaan obat 14.000 orang.
Dari gambaran data ini, tampak bahwa di negara yang menghalalkan minuman keras pun, kematian akibat merokok (430.000) jauh lebih besar dari kematian akibat minuman keras (81.000). Kematian akibat merokok di Amerika Serikat hampir enam kali lebih besar daripada kematian akibat minuman keras. (Mas Ahmad Yasa, hal. 207).
Di Indonesia, perkembangan kebiasaan merokok terus saja meningkat dari waktu ke waktu, tetapi kita tidak boleh berhenti untuk mengingatkan masyarakat akan bahaya rokok bagi kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu masyarakat diberikan penyuluhan tentang bahaya rokok. Penyuluhan itu bertujuan mensosialisasikan kebiasaan merokok yang bisa membunuh.
Namun yang lebih utama, penyuluhan tersebut harus ditujukan kepada remaja. Kebanyakan para perokok mulai mengisap rokok pada usia remaja. Dan yang lebih penting di sekolah-sekolah, penerapan hukuman bagi siswa yang kedapatan merokok harus diberikan sanksi yang lebih serius.
Di samping itu, bagi mereka yang belum bisa berhenti merokok, hendaknya dapat merokok di ruang-ruang tertentu sebagai kawasan bebas rokok. Singapura menerapkan ruang khusus sebagai kawasan bebas rokok, kemudian juga negara itu menegaskan bahwa mesin penjual rokok dinyatakan ilegal dan melarang perusahaan rokok menjadi sponsor acara publik (Ardiningtiyas, 2006)
Beberapa negara telah menerapkan aturan cukup keras bagi para perokok. Di Indonesia, perlu juga dipikirkan langkah-langkah untuk membuat aturan yang tegas. Kebijaksaan dan aturan itu paling tidak dapat memberikan kenyamanan bagi orang yang tidak merokok. Namun, yang lebih utama adalah untuk menjaga perkembangan hak-hak remaja ataupun anak-anak untuk tumbuh dalam lingkungan yang bebas dari asap rokok.
Kondisi ini harus segera diantisipasi, sebab jika tidak dikhawatirkan kebiasaan merokok di kalangan generasi muda akan meningkat dan itu sangat berpengaruh terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia sebagai generasi penerus bangsa.
Semoga saja dalam memperingati hari bebas rokok sedunia kali ini, masyarakat bisa menyadari akan bahaya rokok bagi kesehatan.
Dengan demikian, bagi perokok atau yang baru mencoba untuk merokok hendaknya segera menghentikan kebiasaan tersebut, dengan menegaskan kepada diri sendiri bahwa merokok lebih banyak ruginya daripada manfaatnya.


Melepas Jerat Racun Rokok Anak Indonesia

Nada bicara Widyastuti Soerojo terdengar getir dan penuh rasa prihatin. Ia tengah menyampaikan hasil penelitian terbaru tentang paparan rokok pada anak dan remaja jalanan. “Sebanyak 61% dari responden adalah perokok. Ini menyedihkan sekali,” ujar Ketua Tobacco Control Support Center (TCSC) Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) itu kepada Gatra.
Riset yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia itu melibatkan 400 responden di 25 titik sepanjang jalur kereta api Jakarta-Bogor. Batas usia remaja yang mereka pakai adalah di bawah 18 tahun. Hasil penelitian yang baru dipublikasikan Rabu pekan ini juga menunjukkan anak jalanan usia SMP (13-15 tahun) yang merokok mencapai 41,3%. Jauh lebih tinggi dari angka perokok aktif pada kelompok remaja laki-laki (13-15 tahun) nasional sebanyak 24,5%, sesuai dengan Global Youth Tobacco Survey 2006 versi WHO.
Anak-anak jalanan itu rata-rata mengisap enam batang rokok per hari. Mereka harus merogoh kocek hingga Rp 4.300 tiap hari. “Angkanya tinggi karena mereka bilang, kalau kami tak merokok, berarti bukan anak jalanan,” kata Widyastuti, masygul.
Hasil riset itu makin menambah panjang potret buram anak-anak Indonesia yang terpapar asap rokok. Sebelumnya, data TCSC menunjukkan kenaikan jumlah perokok pemula di Indonesia kategori usia 5-9 tahun. Terjadi kenaikan empat kali lipat, dari 0,4% pada 2001 menjadi 1,8%, tahun 2004. Angka ini menunjukkan betapa rokok sudah meracuni anak-anak sejak taman kanak-kanak.
Jika data itu masih juga dipandang belum memadai, tengoklah temuan Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) yang dipublikasikan Februari silam. Sebanyak 77,8% anak perempuan berusia 13-15 tahun terpapar asap rokok di rumahnya dengan intensitas sering dan sesekali. Meski tak merokok, mereka terpaksa menjadi perokok pasif.
Menurut Ketua Dewan Eksekutif KuIS, Firman Lubis, hasil riset itu juga menjadi bukti kurang pedulinya perokok atas dampak asap rokok pada kesehatan anak. Padahal, sebagai perokok pasif, pertumbuhan paru anak-anak bisa melambat, mudah terkena bronkitis, asma, dan infeksi saluran pernapasan. Yang lebih mengkhawatirkan, gangguan kesehatan usia dini ini akan berlanjut hingga dewasa.
Tak hanya di rumah, anak-anak negeri ini masih dipaksa menjadi perokok pasif di luar rumah. Sebanyak 70% responden penelitian KuIS terpapar rokok dalam berbagai kegiatan, seperti olahraga, konser musik, hingga acara di sekolah yang disponsori perusahaan rokok.
Lebih parah lagi, sebagian responden mengaku ditawari rokok gratis oleh penyelenggara. Padahal, tindakan ini jelas melanggar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19/2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. “Ini terjadi karena penegakan hukum belum optimal, sehingga perlindungan anak dari bahaya asap rokok sangat kurang,” kata Firman Lubis.
Promosi gencar iklan rokok pun mendorong anak-anak menjadi perokok. Menurut data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), sepanjang tahun 2007 ada 870 kegiatan olahraga yang disponsori perusahaan rokok. Dukungan serupa ada pada 378 pertunjukan musik rock, jazz, pop, hingga dangdut.
Masih ditambah dengan 60 kegiatan seni dan budaya yang didukung produsen rokok. Catatan memprihatinkan menyeruak dari sektor kegiatan agama, yang seharusnya mengharamkan rokok. Sebanyak 24 kegiatan keagamaan berjalan dengan sokongan industri rokok.
Tak mengherankan jika Komnas PA mencatat, 92,4% anak-anak dan remaja Indonesia melihat iklan rokok dalam acara olahraga, musik, dan kegiatan remaja lain. “Ini memberikan pengaruh buruk bagi anak-anak dan remaja di Indonesia. Kami sangat prihatin,” ujar Sekretaris Jenderal Komnas PA, Arist Merdeka Sirait. Mereka, lanjutnya, terdorong untuk merokok. Bahkan remaja yang telah berhenti terdorong untuk kembali merokok.
Padahal, kandungan nikotin pada rokok bersifat adiktif. Ini membuat perokok mengalami kesulitan jika ingin berhenti merokok. Global Youth Tobacco Survey 2006 menemukan, pada anak-anak sekolah usia 13-15 tahun di Jakarta, terdapat 20,4% anak yang jadi perokok tetap. Dan 80% di antaranya ingin berhenti merokok tapi tidak berhasil.
Promosi, iklan, dan sponsor kegiatan anak muda oleh perusahaan rokok begitu gencar menyerbu kalangan muda Indonesia, karena memang tak ada yang melarang. Bersama Kamboja, Indonesia menjadi dua negara ASEAN yang masih membebaskan sponsor rokok dalam acara olahraga, konser musik, hingga pesta jalanan.
Bila ditelusuri lebih jauh, kebijakan Indonesia yang masih teramat longgar pada industri rokok bermuara pada Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Negeri kita mencatat rekor sebagai satu-satunya negara Asia yang belum meratifikasi FCTC. Konvensi ini disetujui 168 negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei 2003 dan menjadi hukum internasional sejak 2005.
Substansi utama FCTC terletak pada enam pokok pikiran pengendalian dampak tembakau di seluruh dunia. Dimulai dengan pengendalian harga dan cukai rokok, dilanjutkan dengan pelarangan iklan, promosi, dan pemberian sponsor. Ada pula peringatan dampak rokok pada kesehatan dengan gambar di kemasan dan pemberlakuan peraturan tentang kawasan bebas asap rokok. Yang tak kalah penting adalah pengaturan kandungan tar dan nikotin rokok serta pengaturan penjualan rokok.
Menurut Widyastuti Soerojo, ketiadaan kemauan politik pemerintah membuat negara kita tak juga meratifikasi FCTC. Sejak dulu, masalah pengendalian tembakau ini tak pernah menjadi prioritas dibandingkan dengan program kesehatan dan sosial lainnya. “Pemerintah selalu melihat segala sesuatunya dalam jangka pendek. Padahal, masalah rokok ini seperti bom waktu, terlihat dampaknya 10-20 tahun lagi,” papar Widyastuti.
Ketakpedulian pemerintah ternyata sejalan dengan mitranya di Dewan Perwakilan Rakyat. Draf RUU Pengendalian Dampak Tembakau pada Kesehatan yang muncul sejak 2004 mentok. Meski sudah diusung 226 anggota DPR, draf RUU itu gagal masuk Prolegnas 2007. Badan Legislatif DPR menilai masalah tembakau belum menjadi urgensi nasional. Apalagi, regulasi ini dinilai bisa merugikan industri rokok, bahkan membuatnya gulung tikar. Sebab sumbangan cukainya pada negara sangat tinggi dan menyerap banyak tenaga kerja.
Sikap DPR dan pemerintah itu mendapat kecaman keras dari Indonesian Tobacco Control Network (ITCN). Menurut Tubagus Haryo Karbyanto, salah satu Koordinator ITCN, pemerintah lalai melakukan kewajibannya melindungi kesehatan penduduk Indonesia dari serangan penyakit akibat rokok. “Kami akan menggugat keduanya melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,” kata Tubagus.
Gugatan publik ini akan dilayangkan bertepatan dengan Hari Anti-Tembakau Dunia pada 31 Mei nanti. Tuntutan yang mereka ajukan sederhana tapi sangat substansial: menuntut realisasi ratifikasi FCTC dan pembahasan RUU Pengendalian Dampak Tembakau pada Kesehatan.
Sembari berjuang di sisi hukum, ITCN melihat perlu strategi baru untuk mencegah pertambahan jumlah perokok di Indonesia. Mereka tak lagi fokus memberikan penyadaran bahaya rokok pada perokok. Kini kampanye bahaya merokok lebih ditujukan pada anak, remaja dan perempuan. “Karena sebagian besar dari mereka belum terjerumus merokok dan mereka generasi penerus yang harus diselamatkan,” tutur Tubagus.
Puluhan lembaga yang tergabung dalam ITCN pun mulai aktif menggerakkan kampanye anti-rokok pada anak, remaja, dan perempuan. Misalnya, Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) yang lebih menyasar penyadaran bahaya rokok pada perempuan bekerja. Atau gerakan pramuka yang membuat gerakan tak boleh merokok dalam setiap kegiatan kepanduan. Hingga Komnas PA yang rajin memberikan kampanye “Tampil Keren Tanpa Rokok” di sekolah-sekolah.
Namun gerakan ITCN itu bakal menghadapi ganjalan besar dari produsen rokok di Indonesia maupun dunia. Laporan terbaru WHO berjudul “WHO Report on The Global Epidemic” yang dirilis Februari 2008 menyebutkan, sampai kini generasi muda dan perempuan di negara berkembang menjadi target utama industri rokok dunia.
WHO mengutip data internal perusahaan rokok kelas kakap dunia, Phillip Morris, yang dirilis pada 1981. Perusahaan ini menyatakan, remaja adalah pelanggan reguler masa depan dan mayoritas perokok dewasa mulai merokok sejak remaja.
Berbekal riset internal itulah, Phillip Morris dan perusahaan-perusahaan rokok lain gencar menyerbu kalangan remaja. Mereka membuat iklan-iklan dengan tema yang sesuai dengan jiwa dan perilaku anak muda yang bebas, gaul, kreatif, dan berjiwa petualang.
Di Indonesia, kita bisa melihat iklan Marlboro yang bernuansa petualangan alam liar. Ada pula LA Light dari Djarum yang membuat seri menggelitik dengan tagline“Enjoy Aja”. Juga Sampoerna Mild dengan slogan “How Low Can You Go” atau geng hijau Sampoerna Hijau yang mengusung “Nggak ada loe nggak rame“.
Selain iklan, perusahaan rokok memakai musik sebagai pintu masuk ke kawula muda. Sebab musik terbukti menjadi bahasa, sumber ide, dan tren anak muda. Tak mengherankan, mensponsori pertunjukan atau festival musik menjadi kampanye below the line ampuh andalan perusahaan rokok.
Buktinya, ribuan konser musik dengan sokongan perusahaan rokok digelar di Indonesia sejak era 1980-an. Mulai era Djarum Rock Festival hingga yang paling baru semacam ClassMusic dan A Mild Rising Stars.
Tak berhenti di iklan dan musik, pintu lain yang juga terbuka adalah olahraga. Malah, sampai kini, hampir tiap jenis olahraga populer identik dengan sponsor rokok. Contohnya, Gudang Garam yang menjadi tulang punggung operasional Persatuan Sepak Bola Kediri di Kediri, Jawa Timur. Djarum membuat klub bulu tangkis di Kudus, Jawa Tengah. Plus stempel Liga Djarum dan Copa Dji Sam Soe untuk kompetisi sepak bola.
Semua pemaparan tadi membuktikan, meski sudah berusia 27 tahun, dokumen internal Phillip Morris ternyata masih menjadi panduan bisnis industri rokok. Perusahaan rokok pun terus berkilah bahwa sasaran iklan, promosi, dansponsorship mereka adalah kaum muda di atas 18 tahun, bukan anak-anak dan remaja.
Toh, WHO tetap melihat industri rokok di banyak negara, baik secara terang-terangan maupun terselubung, menyasar pasar remaja plus perempuan. Tindakan ini tak lain karena pasar di dua segmen itu masih bisa digelembungkan.
Maklum, prevalensi rokok di kalangan remaja dan perempuan, meski meningkat setiap tahun, masih sangat rendah dibandingkan dengan prevalensi rokok di kalangan laki-laki dewasa. Ambil contoh di Cina sebagai negara dengan jumlah perokok nomor wahid. Jumlah perokok laki-lakinya mencapai 54,5% dari total populasi lelaki. Sedangkan perokok perempuan “hanya” 3,7% dari jumlah total perempuan Cina.
Di Indonesia angkanya tak beda jauh, 63,2% untuk perokok lelaki dan 4,5% untuk perokok perempuan. “Industri rokok berhasil menghilangkan image tabu pada perokok perempuan,” ujar Widyastuti.
Data statistik itu tentu mengenaskan. Apalagi, selain buruk bagi kesehatan, merokok juga terbukti memicu beraneka penyakit sosial lainnya, seperti penggunaan narkotika, tindak kekerasan, bahkan HIV/AIDS. Tambahkan dengan masalah kemiskinan dan kebodohan yang menjadi ciri utama negara berkembang. “Maka, lengkaplah roadmap menuju hilangnya sebuah generasi,” kata Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Farid Anfasa Muluk.


Tinjauan Umum Kesehatan Reproduksi Remaja

Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) ter-masuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (FCI, 2000).
Mengapa Kesehatan Reproduksi Remaja Sangat Penting?
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis.
Di negera-negara berkembang masa transisi ini berlangsung sangat cepat. Bahkan usia saat berhubungan seks pertama ternyata selalu lebih muda daripada usia ideal menikah (Kiragu, 1995:10, dikutip dari Iskandar, 1997).
Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau tawuran (Iskandar, 1997). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena
kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.
Kebutuhan dan jenis risiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak ataupun orang dewasa. Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain adalah kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), ke-kerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Risiko ini dipe-ngaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan, yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.
Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki (FCI, 2000). Bahkan pada remaja putri di pedesaan, haid
pertama biasanya akan segera diikuti dengan perkawinan yang menempatkan mereka pada risiko kehamilan dan persalinan dini (Hanum, 1997:2-3).
Kadangkala pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja justru adalah akibat
ketidak-harmonisan hubungan ayah-ibu, sikap orangtua yang menabukan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan penyebab rangsangan seksualitas (libido), serta frekuensi tindak kekerasan anak (child physical abuse).
Mereka cenderung merasa risih dan tidak mampu untuk memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi tersebut. Karenanya, mudah timbul rasa takut di kalangan orangtua dan guru, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya justru malah mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah (Iskandar, 1997).
Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, ketidaksiapan guru untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, dan kondisi tindak kekerasan sekitar rumah tempat tinggal juga berpengaruh (O’Keefe, 1997: 368-376).
Remaja yang tidak mempu-nyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan perlin-dungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak lagi faktor-faktor yang berkontribusi, seperti: rasa kekuatiran dan ketakutan yang terus menerus, paparan ancaman sesama remaja jalanan, pemerasan, penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya, pelecehan seksual dan perkosaan (Kipke et al., 1997:360-367). Para remaja ini berisiko terpapar pengaruh lingkungan yang tidak sehat, termasuk penyalahgunaan obat, minuman
beralkohol, tindakan kriminalitas, serta prostitusi (Iskandar, 1997).
Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja
Pilihan dan keputusan yang diambil seorang remaja sangat tergantung kepada kualitas dan kuantitas informasi yang mereka miliki, serta ketersediaan pelayanan dan kebijakan yang spesifik untuk mereka, baik formal maupun informal (Pachauri, 1997).
Sebagai langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seksual, apa yang harus dilakukan dan dilengkapi dengan informasi mengenai saranan pelayanan yang bersedia menolong seandainya telah terjadi kehamilan yang tidak diinginkan atau tertular ISR/PMS. Hingga saat ini, informasi tentang kesehatan reproduksi disebarluaskan dengan pesan-pesan yang samar dan tidak fokus, terutama bila mengarah pada perilaku seksual (Iskandar, 1997).
Di segi pelayanan kesehatan, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana di Indonesia hanya dirancang untuk perempuan yang telah menikah, tidak untuk remaja. Petugas kesehatan pun belum dibekali dengan kete-rampilan untuk melayani kebutuhan kesehatan reproduksi para remaja (Iskandar, 1997).
Jumlah fasilitas kesehatan reproduksi yang menyeluruh untuk remaja sangat terbatas. Kalaupun ada, pemanfaatannya relatif terbatas pada remaja dengan masalah kehamilan atau persalinan tidak direncanakan. Keprihatinan akan jaminan kerahasiaan (privacy) atau kemampuan membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja terhadap sikap tidak senang yang ditunjukkan oleh pihak petugas kesehatan, semakin membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski pelayanan itu ada. Di samping itu, terdapat pula hambatan legal yang berkaitan dengan pemberian pelayanan dan informasi kepada kelompok remaja (Outlook, 2000).
Karena kondisinya, remaja merupakan kelompok sasaran pelayanan yang mengutamakan privacy dan confidentiality (Senderowitz, 1997a:10). Hal ini menjadi penyulit, mengingat sistem pelayanan kesehatan dasar di Indonesia masih belum menempatkan kedua hal ini sebagai prioritas dalam upaya perbaikan kualitas pelayanan yang berorientasi pada klien


Remaja Asia

JADI remaja atau kaum muda (yang belum menikah) sekarang ini memang enggak gampang. Godaannya banyak sekali. Bayangin aja, bagaimana mudahnya kita mendapatkan VCD porno, misalnya. VCD tentang hubungan seks dua mahasiswa Bandung yang tersebar luas dalam waktu sangat singkat. Bahkan ada yang menyebarkannya lewat Internet. Ini membuktikan betapa gampangnya “rangsangan” semacam itu kita peroleh. Belum lagi rangsangan-rangsangan dari sesama temen dan dari media dalam berbagai bentuk, seperti tabloid, koran, majalah, atau sinetron di televisi. Padahal kita semua tahu, usia perkawinan di kalangan kaum muda makin meningkat akibat makin lamanya waktu bersekolah.
Belum lagi jika kita setelah lulus dari sekolah atau universitas masih harus bekerja dulu sebelum menikah. Akibatnya, jarak antara masa pubertas hingga perkawinan makin panjang saja, sementara kita sudah berada pada keadaan seksual aktif. Tentu sulit, bahkan mustahil dan tidak fair untuk meminta kaum muda semuanya harus alim-alim.
Situasi sulit ini tidak hanya dialami oleh remaja dan kaum muda Indonesia, lho, tetapi juga di berbagai negara di Asia.
Dr Peter Xenos dari East-West Center, Hawaii, AS, menyatakan bahwa saat ini di berbagai negara Asia terjadi situasi “pembengkakan jumlah kaum muda” (youth bulge), mirip dengan baby boom atau kelahiran banyak bayi di AS sesudah Perang Dunia II.
Penyebab youth bulge di Asia adalah menurunnya tingkat kelahiran dan kematian bayi selama satu-dua dekade terakhir. Tertundanya perkawinan dan lebih lamanya masa pendidikan telah memperpanjang periode remaja/muda (adolescence) yaitu dari pubertas hingga perkawinan sampai delapan-sembilan tahun atau bahkan lebih lama lagi.
PADA saat membikin tulisan ini kami sedang berada di Taipei, Taiwan, untuk mengikuti sebuah Konferensi Internasional “Kaum Remaja/Muda Asia dalam Risiko: Tantangan Sosial, Kesehatan, dan Kebijakan” yang disponsori oleh East-West Center, tanggal 26-29 November 2001.
Konferensi yang diikuti oleh hampir 100 peserta dari 16 negara ini melibatkan para peneliti tingkat internasional, para program manager untuk kesehatan reproduksi remaja, baik dari pemerintah maupun LSM, serta para wartawan dari enam negara.
Tujuan dari seminar ini adalah menyebarluaskan hasil penelitian yang dilakukan oleh sebuah proyek yang bernama AYARR (Asian Young Adult Reproduction Risk) yang dilakukan di beberapa negara seperti Indonesia, Hongkong, Nepal, Filipina, Taiwan, serta Thailand. Disampaikan juga berbagai penelitian lain mengenai remaja yang dilakukan oleh belasan negara lain di Asia.
Semua negara peserta mengakui bahwa remaja merupakan kelompok masyarakat yang sangat penting, karena mereka merupakan aset bangsa yang memberikan gambaran bagaimana keadaan negara tersebut pada masa yang akan datang.
DI Indonesia, jumlah remaja usia 10 sampai 19 tahun merupakan 21 persen dari keseluruhan jumlah penduduk. Dari berbagai penelitian yang disampaikan oleh wakil peneliti dari negara masing-masing sebenarnya bisa dilihat bahwa remaja di dunia memang sedang berada dalam risiko yang tinggi berkaitan dengan perilaku seksualnya. Belum lagi risiko kesehatan yang disebabkan oleh alkohol, rokok, narkotika/psikotropika, hingga kebut-kebutan dengan sepeda motor.
Masalah-masalah yang bisa disebut sebagai berisiko tinggi, seperti narkotika/psikotropika, hubungan seks sebelum menikah, serta kehamilan pada usia dini, banyak dihadapi oleh remaja di seluruh dunia dengan berbagai sebab yang sebenarnya serupa, yaitu akses terhadap napza dan pornografi yang gampang didapat, pengaruh/tekanan teman, serta norma sosial yang mulai longgar.
Ada juga yang menambahkan bahwa dipercepatnya awal masa pubertas, remaja menjadi lebih cepet gede atau kepingin dibilang sudah dewasa, membuat kaum remaja mulai melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa, termasuk hubungan seks, merokok, minum-minuman beralkohol, dan lain-lain.
Oleh karena, masa remaja selalu diisi dengan upaya mencari jati diri, maka pada masa ini proses tersebut adalah sangat penting. Cuman masalahnya kita bisa saja kepeleset karena ketidaktahuan. Ini bisa dicegah atau dikurangi jika makin banyak informasi yang akrab dengan bahasa anak muda, juga sarana-sarana lain yang bisa membantu mencarikan jalan keluar bagi mereka yang telanjur kena masalah. Contohnya adalah hotline service atau klinik kesehatan reproduksi remaja seperti yang dijalankan PKBI di Jakarta maupun berbagai ibu kota provinsi.
Ambil saja contoh di Korea, angka kehamilan yang tidak dikehendaki di kalangan remaja semakin tinggi dan aborsi terus meningkat. Dari penelitian yang dilakukan di sana, ternyata antara cowok dan cewek memiliki sumber informasi tentang seksualitas dari media yang berbeda. Cewek lebih banyak mendapatkan informasi tentang seksualitas dari televisi dan teman. Sedangkan cowok rata-rata belajar tentang seksualitas melalui film, komik, majalah/film porno, serta Internet. Cowok lebih banyak melakukan hubungan seks sebelum menikah dibandingkan cewek (cowok 33 persen, cewek 13 persen).
Di Myanmar lebih parah lagi, melakukan hubungan seks sebelum menikah makin dianggap wajar di kalangan remaja. Hal ini diperburuk dengan kenyataan bahwa sekarang ini rata-rata usia menikah diperpanjang, jadi banyak yang memilih menikah pada usia lebih tua, dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Berarti masa di mana mereka seharusnya menunda hubungan seksualnya semakin panjang, dan banyak yang enggak kuat sehingga akhirnya mereka ngelakuin juga. Di India 20-30 persen remaja usia 10-19 tahun sudah berani melakukan hubungan seksual. Hal ini menyebabkan munculnya keadaan di mana satu dari enam cewek usia 17-19 tahun hamil sebelum nikah.
BAGAIMANA dengan remaja dan kaum muda Indonesia? Belum ada survei nasional untuk hal satu ini. Yang ada baru survei di beberapa kota.
Dr Eddy Hasmi, Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi BKKBN dalam makalahnya di Taipei mengutip penelitian psikiater Prof Dadang Hawari tahun 1994 bahwa 21,8 persen remaja di Bandung, 30,9 persen di Bogor, dan 26,5 persen di Sukabumi telah melakukan hubungan seks premarital.
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta juga melaporkan 28,8 persen pasangan yang baru saja nikah telah melakukan hubungan seks sebelum mereka nikah. Angka-angka ini mungkin dapat menunjukkan bahwa remaja dan kaum muda Indonesia tidak lebih alim, lho, dibanding teman-teman kalian di negara-negara Asia lain.
Dari salah satu penelitian yang dilakukan di Filipina, ditemukan ada beberapa faktor yang cukup penting yang dapat menghambat remaja melakukan perilaku berisiko, yaitu:
- Kontrol sosial yang kuat dari masyarakat terhadap perilaku negatif tersebut berdasarkan norma yang berlaku.
- Hubungan yang dekat dengan orangtua
- Nilai agama yang kuat
Hubungan dengan ortu ternyata memang memegang peranan penting untuk mencegah remaja melakukan perilaku berisiko. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang dimiliki remaja untuk menangkal berbagai pengaruh negatif di luar rumah dibentuk dan diperkuat di dalam keluarga melalui didikan orangtua.
Jadi, dengan arus informasi secara global yang tidak terbendung lagi yang membanjiri remaja, maka peran ortu menjadi sangat besar untuk memberikan informasi tandingan sehingga remaja jadi punya pilihan dan tidak terjebak pada informasi menyesatkan mengenai seksualitas.
KONFERENSI di Taipei juga banyak membahas soal godaan bagi para remaja untuk merokok dan minum minuman keras yang secara sistematis dan amat pinter dilakukan oleh industri rokok dan minuman keras.
Merokok dan minum minuman beralkohol diiklankan dan dipromosikan sebagai gaya hidup yang keren dan macho. Bung-on Ritthiphakdee dari LSM ThaiHealth menunjukkan bukti-bukti bagaimana perusahaan rokok dan minuman keras multinasional (terutama asal AS) memakai role-model seperti bintang film Sylvester Stallone, petenis Michael Chang dan Pete Sampras, serta bintang sinetron idola remaja Thailand untuk membujuk anak-anak muda di sana untuk jadi perokok dan peminum pada usia di bawah 18 tahun.
Hal yang sama terjadi juga di Indonesia. Ingat saja apa yang dilakukan oleh sebuah merek rokok dengan promosi hura-huranya yang seronok dan mengeksploitasi seksualitas kaum muda di berbagai kota besar di Pulau Jawa.
Keadaan ini diakui oleh Kent Klindera dari Amerika yang juga aktivis LSM Advocate For Youth di Washington DC, “Saya malu jadi orang Amerika karena kelakuan industri rokok dan minuman keras AS begitu agresif di Asia. Tapi, ada resep yang telah dilakukan oleh kaum remaja di Florida dan berhasil menekan angka merokok dapat ditiru oleh remaja di Asia. Caranya adalah bukan bilang bahwa rokok itu berbahaya, tapi harus dikampanyekan bahwa kaum remaja adalah target pemasaran, dan mereka harus diumpak bahwa mereka cukup pintar untuk tidak mau dibodohin pabrik rokok.”
Memang peran serta remaja sendiri dalam menentukan apa yang mereka butuhkan dan yang bisa mereka sumbangkan untuk mencapai kondisi kesehatan reproduksi remaja yang semakin baik sangatlah diperlukan. Sayangnya yang terjadi sekarang tidak banyak remaja ikut ambil bagian dalam proses perencanaan program, pengambilan keputusan dan ikut memikirkan apa yang terbaik buat mereka. Bagaimana menjadikan remaja sebagai subyek daripada sekadar obyek merupakan tantangan yang harus dipikirkan.
Jika hal ini dapat terwujud di Indonesia, maka seperti dikatakan seorang pakar di Taipei, masa remaja seharusnya adalah masa yang menyenangkan, bukan masa yang menyusahkan, bagi kamu-kamu sendiri, bagi ortu, sekolah dan bagi lingkungan sekitar kalian.
(Guntoro Utamadi, PKBI Pusat/Irwan Julianto, dari Taipei, Taiwan).


Merokok Dapat Merusak Kesehatan Remaja

Kian hari kian mudah menjumpai perokok seusia anak baru gede. Robert Kim Farley rupanya betul. Kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia untuk Indonesia ini: tembakau kini telah memingit anak-anak dan remaja di dalam candu.
Ia mengacu kepada penelitian terakhir yang melingkap kebanyakan perokok sekarang memulai kebiasaan mengisap asap Nicotiana tabacum selagi remaja kencur.
Telusuran di dalam negeri setali tiga uang. Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 1995 menemukan 23 persen penduduk Indonesia berumur sepuluh tahun ke atas terjerat rokok.
Terhadap tuaian survei itu, pemerintah tak berpangku tangan. Setiap bungkus rokok dicantumi dengan peringatan bikinan Departemen Kesehatan. Tayangan televisi disisipi telop berupa maklumat dari departemen itu juga meski durasinya terlalu pendek untuk bisa dicerna.
Bagaimana isi peringatan itu? Pada kemasan rokok keretek tersua kalimat sederhana dan ringkas: Merokok dapat merusak kesehatan. Sedangkan di bungkus rokok putih, tegurannya rada panjang sekaligus lugas. Ungkapan merusak kesehatan diganti dengan menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.
Karena populasi pencandu terus menanjak, peringatan ini tampaknya lebih dari sekadar label. Tinggal buat kita melihat sejauh mana ia berpotensi menyadarkan orang, terutama kawula muda, akan bahaya merokok.
Bisa dipastikan wanti-wanti pemerintah itu merujuk kepada stating of fact bahwa merokok menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin. Jadi, seperti yang sudah diperlihatkan WHO dan Departemen Kesehatan, ada temuan epidemiologi yang memperlihatkan korelasi antara merokok dengan-katakanlah-kanker paru-paru atau serangan jantung.
Angka statistiknya: rata-rata 11.000 orang mati tiap hari yang ditengarai berbiangkeladikan racun kandungan asap rokok. Diprakirakan nanti, dalam kurun tahun 2020 sampai 2030, rata-rata 27.000 orang mati tiap hari lantaran racun serupa.
Yang kemudian bikin soal adalah tambahan kata dapat pada stating of fact tadi sehingga wanti-wanti itu menjadi merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Yang terakhir ini justru yang sampai di ruang publik melalui bungkus rokok dan telop di televisi tadi.
Padanan kata dapat dalam konteks ini, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2001), ialah ’mungkin’ yang bermakna ’belum tentu’. Pantarannya dalam bahasa Inggris adalah may yang berarti ’to indicate that it is possible for something to happen’ (Collins Cobuild Dictionary).
Kalau begitu, kalimat merokok dapat menyebabkan kanker bisa diartikan sebagai merokok belum tentu menyebabkan kanker.
Secara kasatmata terlihat bahwa pernyataan fakta yang mengacu kepada temuan epidemiologi tadi justru kontradiksi dengan pernyataan fakta keluaran pemerintah yang sebetulnya berlandas pada yang disebut pertama.
Apakah uraian ini akan memangkung Departemen Kesehatan untuk mengubah kalimat peringatan pada bungkus rokok yang akan dilinting di kemudian hari?
Tanpa dukungan fakta, termasuk kejujuran, suatu ungkapan bisa menjadi rangkaian kata tanpa makna atau sebuah pseudo-statement, pernyataan lancung. Pengelabuan fakta melalui pernyataan lancung terkadang sulit dihindari, tapi tidak boleh dibudayakan.
Kata Socrates, “False words are not evil in themselves, but they infect the soul with evil.
Di negara-negara maju, wanti-wanti bahaya merokok dirumuskan dengan jelas dan tegas: Cigarettes destroy your lung!

Remaja Dan Rokok

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada lebih dari satu milyar perokok di dunia. Hampir dua per tiganya ada di 10 negara, dan Indonesia ada di urutan ke tiga. Setengah dari jumlah tersebut akan mati karena rokok.
Di Indonesia, prevalensi merokok pada orang dewasa (usia 15 tahun ke atas) yakni pria 63,1% (naik 1,4% dibandingkan tahun 2001) dan wanita 4,5% (tiga kali lipat dibandingkan tahun 2001). Sementara prevalensi merokok pada anak-anak (usia 13-15 tahun) perinciannya pada anak laki-laki 24,5% dan anak perempuan 2,3%. Sebanyak 30,9% dari anak-anak yang merokok ini telah mulai merokok sebelum berumur 10 tahun.
Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah perokok pemula (usia 5-9 tahun) naik secara signifikan. Hanya dalam kurun waktu tiga tahun (2001-2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4 menjadi 2,8%.
Membaca fakta di atas mungkin membuat anda terheran-heran. Terlintas di benak anda, sudah sedemikian parahkah epidemik rokok di Indonesia? Dan mengapa terjadi kecenderungan perokok pemula adalah remaja yang nyatanya masih sangat muda?
Bukan hanya di Indonesia saja. Rokok telah menjadi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh seluruh dunia. Rokok telah menjadi permasalahan global.
Remaja, Sasaran Industri Rokok
Dalam memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh setiap tanggal 31 Mei, tahun ini WHO mengangkat tema Tobacco-Free Youth dengan didasari kenyataan bahwa anak remaja perlu dilindungi dari ancaman penggunaan tembakau.
Sebanyak 1,8 miliar anak usia 10-24 tahun hidup di dunia. 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Setelah melalui masa kanak-kanak yang penuh kerentanan terhadap penyakit, mereka menghadapi ancaman rokok (penggunaan tembakau) yang dapat merusak kesehatan mereka.
Merokok dapat menimbulkan kecanduan. Kebanyakan remaja meremehkan bahaya rokok terhadap kesehatan dan mereka yakin mampu untuk berhenti kapan saja mereka mau. Namun dengan adanya sifat adiksi (ketergantungan) yang ditimbulkan oleh nikotin, pada akhirnya sulit bagi mereka untuk berhenti.
Ketahuilah bahwa semakin muda usia seseorang ketika memutuskan untuk mulai merokok, maka semakin besar peluangnya untuk menjadi perokok berat ketika dewasa.
Tindakan untuk bereksperimen, mencoba-coba mengisap rokok oleh para remaja, yang didorong secara agresif oleh industri rokok, akan dengan mudah membawa remaja kepada ketergantungan tembakau seumur hidup.
Ada beberapa alasan yang membuat remaja merokok, diantaranya:
  • Pengaruh orangtua
    Keluarga yang tidak harmonis dan mencontoh dari orang tua yang juga perokok.
  • Pengaruh teman
    Kebanyakan remaja pertama kali merokok karena pengaruh teman. Remaja perokok akan mempunyai teman yang sebagian besar adalah perokok juga.
  • Pengaruh diri sendiri.
    Remaja merokok dengan alasan ingin tahu atau melepaskan diri dari masalah dan rasa bosan.
  • Pengaruh iklan
    Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok.
Salah satu cara yang efektif untuk melindungi remaja dari bahaya rokok yakni dengan melarang iklan atau promosi rokok, termasuk sponsor dari industri rokok pada berbagai aktivitas, seperti kegiatan musik, olahraga, film layar lebar, seni dan budaya, hingga keagamaan.
Yang Dapat Dilakukan Orang Tua
Jika anak remaja anda merokok, sebagai orang tua, anda dapat mencoba melakukan strategi berikut:
  • Bicara dengan anak anda, tanyakan apakah teman-temannya merokok.
  • Dengarkan pendapat anak tentang merokok.
  • Bantu anak untuk mengungkapkan pendapatnya tentang tekanan dari teman sebaya dan kebiasaan merokok.
  • Dorong anak anda untuk menikmati energi dan kesehatan dengan maksimal.
  • Katakan akibat sosial merokok, seperni napas dan pakaian yang akan bau rokok.
  • Beri contoh dengan tidak merokok.


Pengaruh Merokok

Merokok sudah dianggap hal biasa dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan. Bisa enggak sih seseorang berhenti merokok?
Semua orang sudah tahu bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Tetapi, perilaku merokok tak pernah surut. Lihat saja dalam kehidupan sehari-hari, seperti di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum, maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat dijumpai orang merokok. Bahkan, parahnya lagi nih, di sebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun, orang tetap tenang saja mengembuskan asap rokoknya dan sering kali orang-orang yang ada di sekelilingnya tidak peduli.
Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan! Dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia berbahaya, dua di antaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker.
Asap yang keluar dari pembakaran mengandung gas-gas beracun, seperti karbon monoksida dan larutan kimia lainnya. Karbon monoksida akan menurunkan kemampuan tubuh dalam membawa oksigen yang dapat menimbulkan risiko penyakit jantung.
Tembakau berisi zat nikotin yang sangat adiktif (membuat orang ketagihan). Nikotin akan mempercepat detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Namun, yang lebih membahayakan adalah tar>f 9001< yang akan terbentuk ketika mencapai paru-paru. Zat ini dapat mengakibatkan kanker paru-paru dan bronkitis.
Untuk memberikan selera yang diharapkan perokok, pabrik selalu menambahkan zat tambahan agar rasa dari rokok itu bisa memenuhi keinginan konsumen. Zat-zat tambahan inilah yang dapat meningkatkan kinerja dari nikotin.
Hal itulah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok karena ketergantungan pada nikotin. Efek dari rokok atau tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku, dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan dengan zat-zat adiktif lainnya, rokok sangatlah rendah pengaruhnya. Makanya, ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat.
Faktor pengaruh
Mengapa seseorang yang masih berusia muda (remaja) sudah mulai merokok? Ada beberapa faktor yang memengaruhi, yakni:
1. Pengaruh orangtua.
Salah satu temuan tentang teman-teman kita yang sudah menjadi perokok, mereka berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia. Orangtuanya tidak begitu memerhatikan dan sering memberikan hukuman fisik yang keras. Yang paling kuat pengaruhnya adalah, bila orangtua sendiri perokok berat, anak-anaknya mungkin sekali untuk mencontohnya.
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan, makin banyak teman-teman kita yang sudah pada merokok, makin besar kemungkinan kita jadi perokok juga.
3. Faktor kepribadian.
Anak muda zaman sekarang umumnya mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun, satu sifat kepribadian yang bersifat hanya mencoba-coba pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) seperti ini justru mengarahkan kepada hal-hal yang negatif.
4. Pengaruh iklan.
Melihat iklan di media cetak dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau >f 9002f 9001<, sering kali membuat seseorang terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
Gimana caranya berhenti?
Memang sulit sih untuk menghilangkan kebiasaan merokok. Tahap pertama yang mungkin bisa dilakukan ya dari motivasi. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri kita untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok akan membuat kita mampu tidak terpengaruh godaan merokok yang datang dari teman, media massa, atau kebiasaan keluarga/orangtua.
Di dalam website tentang kesehatan remaja, >uon 1under<>f 9001<, ada >f 9002f 9001< yang dapat digunakan untuk berhenti merokok. Bagi kita yang sudah punya keinginan berhenti merokok, kenapa enggak dicoba tips ini?
Harus ada kemauan!
Pilih satu hari untuk mulai berhenti merokok. Dan, pilih lagi keesokan harinya, dan berikutnya….
Sadarlah bahwa nanti kita akan merasa marah, terganggu, dan pengin sekali merokok. Itulah efek nikotin, kita bakal merasa ketagihan. Dia akan gangguin kita terus seperti anak kecil. Cuekin saja! Seperti anak kecil, kalau dicuekin, ia bakal pergi dengan sendirinya.
Pikirkan waktu kita biasanya merokok, saat pesta, sebelum tidur, kumpul sama teman. Cari gimana caranya kita bisa melewati keadaan tersebut tanpa rokok. Mungkin dengan mengunyah chewing gum, main play station, atau yang lainnya yang bisa membuat tangan atau mulut kita sibuk. Cari teman yang juga pengin berhenti merokok.
Hindari teman-teman yang selalu mendorong kita untuk merokok. Jangan takut tubuh bakal gemuk. Kalau jadi gemuk, bisa kita kecilkan lagi setelah kita bebas dari rokok.
Berbanggalah bahwa kita tidak merokok.
Kalo gagal? Jangan khawatir! Coba renungkan kenapa kita gagal. Pikirkan bagaimana kita bisa menang lain waktu. Dan, coba lagi! Ingat, kemenangan jauh lebih prestise buat kita.


Kiat Berhenti Merokok

Sebenarnya banyak para perokok yang ingin berhenti merokok. Namun mereka tidak kuasa melakukannya. Mengingat hal ini sama sekali bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Tapi kalau Anda memang sungguh berniat berhenti merokok, tips dibawah ini sangat layak untuk dicoba:
  • Cobalah mengevaluasi kebiasaan merokok Anda.
    Apa sebabnya dan kapan Anda mulai merokok? Apakah anda merokok misalnya, hanya setelah makan siang atau ketika Anda sedang stres? Pernahkah anda mencoba untuk berhenti merokok? Tanyakan pada diri Anda apa yang menyebabkan Anda gagal berhenti merokok. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu Anda mengklarifikasi apa yang Anda harus lakukan untuk berhasil berhenti merokok.
  • Buatlah rencana.
    Misalnya bicara dengan dokter Anda tentang strategi berhenti merokok. Dengan mengulum permen atau mengisap inhaler, misalnya bisa membantu Anda pelan-pelan berhenti merokok. Dan satu lagi cara, yakni melakukan pekerjaan yang paling Anda sukai. Paling tidak, dengan aktifitas yang tidak begitu berat Anda akan lebih fokus pada pekerjaan sehingga tak sempat merokok.
  • Beritahukan semua orang, baik teman, rekan kerja, kerabat dan keluarga Anda kalau Anda ingin berhenti merokok. Minta mereka ikut membantu Anda, misalnya dengan tidak merokok di depan Anda.
  • Berteman dengan sesama orang yang pernah merokok.
    Jika memungkinkan, bergabunglah dengan orang-orang yang telah berhasil berhenti merokok terutama dengan mereka yang sejak awal telah mendorong Anda berhenti merokok. Jika ini tidak mungkin, bertemanlah dengan perokok lain yang juga sedang berhenti merokok.
  • Pindahkan semua hal yang berhubungan dengan rokok, baik cerutu, asbak maupun korek api. Yang jelas bersihkan rumah, kantor, mobil dan baju Anda yang berbau rokok karena hanya akan mengingatkan Anda tentang rokok.
  • Hindari situasi/keadaan yang biasanya membuat Anda ingin merokok.
    Rencanakan aktivitas yang tidak bersangkutan dengan merokok. Misalnya, jika anda biasanya merokok ketika pergi ke bar atau restoran, maka rencanakan pergi ke bioskop atau ke tempat-tempat lain yang tidak memungkinkan Anda merokok.
  • Ingatkan selalu diri Anda mengapa ingin berhenti merokok.
    Hal semacam ini diperlukan terutama pada saat Anda merasa butuh rokok untuk menghilangkan rasa suntuk atau stres. Dengan mengingat alasan Anda berhenti paling tidak akan membantu Anda sendiri.


Tanggapan Tentang Novel Laskar Pelangi

Tanggapan saya setelah membaca novel Laskar Pelangi adalah sangat bagus.
Saat saya pertama kali membaca novel Laskar Pelangi merasa binggung karena ceritanya kurang jelas. Akan Tetapi, lama-kelamaan saya merasa senang karena ada satu bab yang menceritakan Petualangan yang seru dan membuat perasaan kita menjadi khawatir.
Saya membaca novel tersebut selama 3minggu baru selesai. Perasaan saya saat baru melihat novel ini adalah sebal karena saya kurang suka membaca buku yang halamannya beratus-ratus lembar, itu juga saya membaca novel Laskar Pelangi karena sebuah tugas dari guru Bahasa Indonesia saya.
Buku ini, sebenarnya buku tentang pengalaman penulisnya, mungkin ada yang lain juga pernah mengalami pengalaman seperti yang dialami oleh penulisnya. Akan tetapi, kekuatannya adalah dipenggambaran yang sangat indah dan baik meski terkadang menurut saya ada juga hiperbolanya. Penggambaran yang kuat dari para tokohnya juga menjadi kelebihan dari buku ini. Meskipun ada tokoh yang kurang saya mengerti yang bernama Borek pada awal cerita. Namun pada bagian tengah sampai akhir cerita tokoh itu hilang.
Tapi ada tiga bagian yang paling saya suka, yaitu: ketika Mahar memenangkan lomba “kesenian” (pawai), ketika Lintang memenangkan lomba “cerdas cermat” dan ketika penulisnya merasakan cinta pertama.
Cerita yang lucu adalah ketika Mahar dan Flo menemui Tuk Bayan Tula (dukun sakti) untuk mendapatkan cara yang mudah untuk lulus ujian. Komentar dari Tuk Bayan Tula adalah rajin buka buku dan belajar. Cerita ini memberi saya inspirasi untuk lebih giat belajar.
SEMANGAT UNTUK MASA DEPAN YANG CERAH DENGAN BELAJAR


Kandungan Merokok

Bahaya Merokok
Mungkin anda sudah tahu bahwa menghisap asap rokok orang lain di dekat anda lebih berbahaya bagi anda daripada bagi si perokok itu sendiri. Asap Utamaadalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu di hembuskan kembali. Asap Sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar.
Masalahnya adalah, udara yang mengandung asap rokok, dan anda hisap, akan mengganggu kesehatan, karena asap rokok mengandung banyak zat-zat berbahaya, diantaranya :
  • TAR
Mengandung bahan kimia yang beracun, sebagainya merusak sel paru-paru dan meyebabkan kanker.
  • KARBON MONOKSIDA (CO)
Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
  • NIKOTIN
Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan.
kandungan rokok
Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah membuktikan bahwa zat-zat kimia yang dikandung asap rokok dapat mempengaruhi orang-orang tidak merokok di sekitarnya.
Perokok pasif dapat meningkatkan risiko penyakit kanker paru-paru dan jantung koroner. Lebih dari itu menghisap asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit :
  • ANGINA
Nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah pada jantung.
  • ASMA
Mengalami kesulitan bernafas.
  • ALERGI
Iritasi akibat asap rokok.
Gejala-gejala gangguan kesehatan :
iritasi mata, sakit kepala, pusing, sakit tenggorokan, batuk dan sesak nafas.
Wanita hamil yang merokok atau menjadi perokok pasif, meyalurkan zat-zat beracun dari asap rokok kepada janin yang dikandungnya melalui peredaran darah. Nikotin rokok menyebabkan denyut jantung janin bertambah cepat, karbon monoksida menyebabkan berkurangya oksigen yang diterima janin.
Anak-anak yang orangtuanya merokok menghadapi kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit dada, infeksi telinga, hidung dan tenggorokan. Dan mereka punya kemungkinan dua kali lipat untuk dirawat di rumah sakit pada tahun pertama kehidupan mereka.
Banyak orang tahu bahaya merokok, tapi tidak banyak yang peduli.
Melihat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan rokok, kiranya diantara kita perlu bahu-membahu berbuat tiga hal utama :
  1. Komunikasi dan informasi tentang bahaya merokok, baik bagi si perokok langsung maupun perokok pasif.
  2. Menyediakan tempat-tempat khusus bagi orang yang merokokagar yang bukan perokok tidak terkena dampak negatifnya.
  3. Jangan merasa segan untuk menegur perokok, jika anda merasa terganggu.

Peringatan Terakhir Untuk Para Perokok

Gambar lucu atau photo lucu edisi buah dan pohon



Gambar lucu atau photo lucu edisi buah dan pohon

Gambar lucu atau photo lucu edisi buah dan pohon
Gambar lucu atau photo lucu edisi buah dan pohongambar lucu, photo lucu edisi buah dan pohon, silahkan komentari gambar lucu atau photo lucu di atas...


Cyclone TurbineVentilator | cycloneturbineventilator.com

No1di Indonesia - 08158006468 21-45525447- joekreasindo@yahoo.com

 

CYCLONE TURBINE VENTILATOR

Apa itu,Cyclone Turbine Ventilator Otomatis ?
Cyclone Turbine Ventilator Otomatis adalah sejenis exhaust fan atau roof fan, dimana fungsi alat tersebut adalah menghisap udara panas, debu, dan juga berfungsi sebagai alat ventilasi / sirkulasi udara. Cyclone Turbine Ventilator Otomatis tidak memakai tenaga listrik, bebas perawatan, dan dapat bekerja selama 24 jam, sehingga jauh lebih efisien dibandingkan dengan exhaust fan dan roof fan
No1di Indonesia - 08158006468 21-45525447- joekreasindo@yahoo.com

 http://www.cycloneturbineventilator.com/